Jayapura sebuah kota yang berbukit-bukit. Wilayah kotanya terpisah-pisah di lembah-lembah. Karena itu, setiap saat bagian-bagian kota yang berbangunan dapat terlihat dari dari ketinggian 50-an, 100-an atau 300-an meter. Dan, itu indah, sebab terasa mereka menyerahkan diri kepada alam.
Manusia, bahkan pada ciptaan kolektif terbesarnya — kota — tunduk mengikuti arahan alam. Kota, laut, pantai, danau, lembah, bukit, membentuk kesatuan bentang alam harmonis.
Tetapi, seketika juga Jayapura mengingatkan saya akan kata-kata penulis Linda Christanty di Aceh, "Saya tidak mau melihat kota dari mata burung."
Maksud Linda, dia ingin mengalami kehidupan sehari-hari yang sejati, yang hanya mungkin terjadi bila orang memandang kota dari dalam, dari ketinggian pejalan kaki biasa di dalamnya; dari ketinggian 1,55 meter.
Pada ketinggian itu, pandangan danau yang mengilap dan jalan-jalan yang hitam meliuk indah segera berubah. Sampah terlihat di tepian danau, laut dan jalan. Trotoar terputus-putus,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar